Pada tahun 1948, terjadi suatu peristiwa yang menyakitkan dalam sejarah Palestina yang dikenal sebagai Nakba, yang berarti “bencana” atau “katastrofi” dalam bahasa Arab. Nakba merujuk pada pembuangan massal ratusan ribu orang Palestina dan kehancuran desa-desa mereka selama perang Arab-Israel pada tahun 1948.
Konteks Sejarah
Sebelum Nakba, Palestina adalah tanah yang dihuni oleh berbagai kelompok etnis dan agama, terutama oleh orang-orang Arab Palestina. Pada awal abad ke-20, wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah. Setelah Perang Dunia I, Kesultanan Utsmaniyah runtuh, dan Liga Bangsa-Bangsa mendirikan Mandat Britania atas Palestina.
Pada saat itu, masyarakat Palestina hidup berdampingan dengan komunitas Yahudi yang juga bertumbuh. Tension antara komunitas ini meningkat seiring dengan imigrasi Yahudi yang signifikan, terutama selama periode Mandat Britania.
Perang Arab-Israel 1948
Pada tanggal 14 Mei 1948, David Ben-Gurion, pemimpin gerakan Zionis dan ketua provisional government, menyatakan kemerdekaan Israel. Ini memicu reaksi negatif dari negara-negara Arab tetangga, yang menolak eksistensi negara Israel. Sehari setelahnya, lima negara Arab (Mesir, Yordania, Irak, Suriah, dan Libanon) menyerang Israel.
Selama konflik ini, terjadi pertempuran sengit di antara pasukan Israel dan pasukan Arab. Kekuatan Israel yang lebih terorganisir dan didukung oleh aliansi Barat memberikan keuntungan strategis. Meskipun demikian, korban dan pengungsi terus bertambah.
Pembuangan Massal
Nakba terjadi ketika desa-desa Palestina dihancurkan, dan ratusan ribu orang Palestina diusir dari rumah mereka atau melarikan diri karena ancaman kekerasan. Banyak melarikan diri ke kamp pengungsi di negara-negara tetangga seperti Yordania, Suriah, dan Libanon.
Pembuangan ini terjadi dalam situasi kebingungan dan ketakutan, dengan keluarga terpisah dan banyak kehilangan harta benda serta harta lainnya. Proses ini menyebabkan tragedi kemanusiaan dan membentuk dasar bagi konflik yang berlanjut hingga saat ini.
Dampak Jangka Panjang
Nakba meninggalkan warisan luka dan penderitaan yang mendalam bagi rakyat Palestina. Banyak pengungsi dan keturunannya masih hidup dalam kondisi sulit di kamp-kamp pengungsi, sementara masalah hak kembali dan hak milik tetap menjadi sumber ketegangan di kawasan tersebut.
Tidak hanya itu, Nakba juga menjadi bagian sentral dari narasi konflik Israel-Palestina, dengan dua belah pihak memiliki versi sejarah yang berbeda mengenai peristiwa tersebut. Ini terus menjadi sumber ketegangan dan menjadi tantangan utama dalam upaya mencapai perdamaian di kawasan tersebut.